Bioskop IMAGE

Bioskop IMAGE
Nonton Bareng....

Tahun Baru 2011

Tahun Baru 2011

Senin, 20 September 2010

Komitmen pada Kebenaran

Setiap kita tentu memiliki beberapa rumah makan favorit, kalau sedang ingin menikmati chinnese food, kita pasti kerumah makan yang selalu sama dan bukan yang lain. Mengapa kita memilih pergi kerumah makan yg sama berulang lagi? Tentu saja karena rumah makan itu berkomitmen dan konsisten dengan cita rasa makanannya. Apa jadinya kalau rasa masakannya berubah-ubah? Tentu saja rumah makan tersebut tidak akan mendapat pelanggan. Mengapa kita memilih satu merk dan mengabaikan merk yang lain tentu komitmen dan konsistensi jawabannya. demikian juga halnya dalam hubungan, pasti kita akan merasa aman dengan orang yang punya konsisten dan berkomitmen ke arah kebenaran. Kita akan aman dalam berbisnis disaat memiliki mitra yang konsisten dan bisa dipercaya.
Setiap orang menghargai komitmen dan konsistensi. Itu sebabnya hal ini menjadi syarat mutlak dalam meraih kesuksesan. Sebagai seorang pebisnis maupun pekerja, kita perlu memilikinya, yaitu konsistensi dan komitmen kepada kebenaran. Apakah kebenaran itu? Alkitab berulangkali dan tanpa ragu memakai tata kebenaran dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Kata "emet" merupakan akar kata dari bahasa Ibrani yang berkaitan dengan kebenaran. kata ini berarti "stabilitas", "Kesesuaian" terhadap fakta. Kata emet bisa juga merupakan "apa yang sesuai dengan kenyataan". emet bisa juga memiliki konotasi "hal yang autentik, bisa diandalkan atau semata-mata benar". Kata Yunani kebenaran dalam perjanjian Baru adalah "aletheia" yang juga berarti "kesesuaian terhadap fakta". Menurut Leon Morris, Rasul Paulus sering menggunakan kata benda aletheia, untuk menunjuk pada "kebenaran sebagai keakuratan, yang bertentangan dengan kesalahan". Dan juga, pandan Alkitab tentang kebenaran (emet-aletheia) bukanlah ciptaan budaya, anggapan mayoritas orang, atau kelompok tertentu.
komitmen dan konsistensi inilah yang ditunjukkan oleh Daniel. Dalam kitab Daniel 6:56 diceritakan bagaiman para musuh Daniel mencoba mencari kesalahannya dalam bidang karir, pekerjaan dan lainnya. Mereka tidak dapat menemukan kecuali dalam hal ibadahnya kepada Tuhan. Daniel akhirnya dimasukkan kedalam gua singa karena komitmennya kepada kebenaran dan konsistensinya dalam beribadah kepada Allah, namun karena sikapnya inilah Tuhan menyelamatkan Daniel dari ancaman tersebut. Daniel adalah salah satu contoh dari seseorang yang memiliki konsistensi dab komitmen kepada kebenaran. Bagaimana dengan kita?